Ada yang pernah bilang jika banyak teman itu bikin sehat, karena bisa berbagi cerita, bercanda sambil tertawa, berkumpul bersama sambil melakukan banyak kegiatan positif. Hmm… ada benarnya sih. Tapi perlu diingat jika ada loh orang yang justru waspada dengan yang namanya pertemanan. Selalu berhati-hati dan sukar bergaul. Yes benar, introvert.
Katanya cewek introvert itu susah punya teman ya. Benar sih. Tapi susah bukan berarti gak bisa sama sekali. Seorang introvert biasanya pilih pilih teman karena mereka selalu curigaan, gak mudah percaya sama orang karena pada dasarnya mereka itu orang yang menjaga banget rasa percaya. Makanya begitu disakiti, rasa sakit itu bisa membekas banget.
Itulah kenapa introvert sangat selektif memilih teman karena mereka tidak mau disakiti lagi. Soalnya rasa sakit yang dialami seorang yang introvert itu bakalan sulit sembuh. Butuh effort lebih untuk terlihat baik-baik saja. Padahal dalam hati menangis darah.
Orang yang bisa berteman dengan instrovert biasanya juga sesama introvert juga. Jarang ditemui seorang introvert yang bisa bersahabat baik dengan ekstrovert. Meskipun mungkin ada, tapi sangat jarang. Kenapa? Karena introvert sangat menjaga rahasia dan tidak sembarangan sesumbar mengenai apapun yang terjadi dalam hidupnya. Hidupnya penuh misteris dan tidak suka menjadi konsumi publik. Bertolak belakang kan sama ekstrovert yang senang mengekspos diri.
Nah kelebihan dari introvert ini biasanya adalah sifatnya yang sangat loyal. Kalau punya teman, bisa jadi temannya itu itu saja. Gak pernah nambah, malah seringnya berkurang. Nah kalau sudah berkurang, bisa jadi seorang introvert itu menutup diri dari lingkungan luar loh. Haduh, jangan deh. Kasihan.
Di postingan ini aku tidak sedang membicarakan seorang introvert ya, melainkan tentang keloyalan dalam berteman. Susah mencari teman setia di zaman yang semakin maju seperti sekarang. Kebanyakan sih teman di saat suka, tapi pergi saat duka. Hiks. Itu mah bukan teman ya namanya. Lalu apa dong?
Apa sih Arti Teman bagi Seorang Ambivert?
Oke, aku membahas soal introvert lagi. Baiklah, aku memang menyinggung soal introvert karena ingin mendalami karakter yang ada dalam diriku. Dulu aku memang seorang introvert banget. Tapi sekarang sudah menjadi ambivert yang lebih terbuka dan tidak kuper parah. Tidak anti sosial banget kayak dulu deh.
Buat kamu yang belum paham apa itu ambivert, aku jelasin sedikit ya. Ambivert itu gabungan antara introvert dan ekstrovert. Jadi ambivert bisa menjadi komunikator yang baik sekaligus pendengar yang baik juga. Dalam menghadapi situasi yang berbeda, ambivert bisa lebih mengontrol diri dengan tetap bisa mengendalikan situasi. Sementara dalam pertemanan, ambivert punya jaringan pertemanan yang luas tapi hanya sedikit yang dekat dan akrab. Yes aku banget.
Apa artinya aku pilih-pilih teman. Bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak. Karena pada dasarnya teman yang baik itu akan terseleksi dengan sendirinya. Aku bisa merasakan nyaman tidaknya aku dengan seorang teman dilihat dari saat kita bergaul dan bertatap muka. Apakah dia welcome, menjaga jarak, suka pamer, atau pendiam.
Ambivert bisa beradaptasi dengan berbagai jenis teman. Berbeda dengan introvert yang hanya bisa berteman dengan sesama introvert. Kalau ambivert bisa lebih terbuka, tapi tetap memerlukan me time yang tak bisa diganggu oleh keberadaan teman. Intinya tetap ada batasan.
Secara garis besar, ambivert dalam memandang teman itu :
-
Teman itu Meramaikan Suasana
Dari sudut pandang ambivert versi aku loh ya. Bagiku seorang atau beberapa teman itu bisa meramaikan suasana. Sepi kan rasanya kalau sendirian. Ada kalanya aku memang butuh me time untuk memikirkan banyak hal. Di saat itu, aku begitu menikmati kesendirian. Tapi tidak berlarut-larut dong. Ada kalanya aku kangen suasana ramai dari teman-teman.
Percaya atau tidak, canda gurau dengan teman itu ternyata menyenangkan. Kita bisa saling berbagi cerita dan tak jarang mendapatkan masukan atas masalah yang kita hadapi tanpa perlu kita cerita. Teman sefrekuensi itu mengerti banget suasana hati dan tanpa diminta kadang membuat suasana tegang cair seketika. Ya semacam gak ada elo, gak rame.
-
Teman itu Memperluas Jaringan Kerja
Tak bisa dipungkiri jika pertemanan ternyata juga membawa banyak peluang untuk mendapatkan cuan. Terutama para blogger yang kebanyakan mendapatkan job nulis dari komunitas blogger. Isi form atau rekomendasi dari blogger senior. Informasi mengenai job inilah yang dapat memperluas jaringan pertemanan.
Bisa jadi setelah job selesai, para blogger jadi berkenalan dan akhirnya menjalin pertemanan di dunia maya. Tak sedikit juga yang pada akhirnya bertatap muka dan melanjutkan pertemanan di dunia nyata. Asyik kan. Dapat teman karena pernah mengerjakan job yang sama. Aku sering begitu, para blogger lain juga pasti seperti itu kan.
-
Teman itu Tempat Berbagi Suka Duka
Teman memang sejatinya menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka. Bagi seorang blogger, curahan hati yang tersampaikan lewat tulisan bisa dimaknai mendalam oleh pembacanya, sehingga orang lain dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulisnya.
Tak jarang juga teman yang berkenalan di dunia maya dan akhirnya menjadi teman satu komunitas, bisa saling berbagi dalam suka dan duka. Kebanyakan blogger akan saling support dan memberikan dukungan. Kita jadi merasa tidak sendiri kan.
Masalahnya sekarang bagaimana dengan ambivert yang tidak bisa begitu saja menyuarakan hati nuraninya kepada forum. Kalau aku sih, lebih suka menyuarakan berita atau isu yang tidak berhubungan dengan masalah pribadi. Tapi dari tanggapan banyak teman blogger, secara tidak langsung dapat memberikan masukan atau solusi untuk masalah pribadi.
Misal nih tentang perundungan anak. Misal aku punya masalah perundungan yang menimpa anakku, aku tidak akan serta merta cerita tentang masalah pribadi kepada banyak orang. Tapi mengangkat isu perundungan yang biasanya terjadi di sekolah.
Teman – teman blogger biasanya akan memberikan tanggapan terkait isu yang sedang marak tersebut. Dari tanggapan-tanggapan itulah aku akhirnya menemukan solusi untuk masalah yang aku alami sendiri.
-
Teman itu Sumber Informasi dan Berita
Benar banget. Seperti soal burnout. Dulu aku tak pernah tahu apa itu burnout. Tapi setelah dibahas oleh teman komunitas blogger, akhirnya aku mengerti apa itu burnout. Bahkan sering mengalaminya, tapi tidak tahu apa istilahnya. Atau informasi tentang bagian motor yang perlu diservis. Informasinya bisa diteruskan ke suami nih yang sering ke bengkel untuk urus motornya.
Teman itu sumber informasi dan berita yang dapat membuat wawasan kita bertambah. Aku tahu lebih banyak hal setelah berteman dengan banyak blogger di komunitas blogger. Seperti soal kejang demam pada anak yang pada akhirnya aku tulis sebagai bahan informasi orang tua lain yang mengalami nasib serupa denganku. Bisa buat jaga-jaga kan agar gak panik saat mengatasi anak yang kejang demam.
-
Teman itu Tempat Berbagi Empati di Segala Suasana
Aku pernah merasakan kesal, marah, sedih yang tanpa aku sadari terungkap di chat. Seorang teman blogger ternyata merespon dan memberikan empatinya. Dari sanalah aku merasa tertolong karena ternyata ada yang peduli.
Bahkan ketika aku panik saat suamiku postif covid saat pandemi dulu, banyak teman blogger yang memberikan solusi dan cara mengatasi kepanikan. Tak sedikit juga yang japri dan memberikan resep vitamin agar tubuh teman fit dan daya tahan tubuh tetap prima. Padahal teman blogger tersebut tidak aku kenal. Empati itu datang karena kami sama-sama blogger dan berada di satu komunitas.
Saat itu juga banyak teman blogger yang terdampak covid hingga positif. Banyak yang berbagi cerita dan tips dalam menghadapi covid dan itu sangat membantu.
Teman Banyak Tapi Akrabnya Sama Itu – Itu Saja. Kenapa?
Memiliki banyak teman memang punya banyak kelebihan. Masalahnya tidak semua teman ternyata satu frekuensi sama kita. Bagi seorang ambivert, tentu saja ini jadi masalah. Terutama jika ada teman komunitas yang tiba-tiba menyakiti kita secara tidak sengaja. Misal lewat guyonannya yang ternyata menyinggung atau gaya bicaranya yang ternyata blak-blakan, sementara kita tidak suka dengan orang yang terlalu blak-blakan.
Banyak faktor yang membuat kita menjaga jarak dengan teman. Kadang bukan karena teman kita berbuat salah, tapi karena kita sendiri yang merasa tidak sefrekuensi dengan gaya berteman teman kita.
Memang seperti apa sih gaya berteman seorang ambivert. Aku jawabnya dari versi aku sendiri ya, kalau aku sih sukanya teman yang kalau guyon tidak sarkastis atau menyinggung, tutur katanya tidak menyakiti lawan bicara, pendengar yang baik, tidak arogan, tidak sombong, merakyat, suka menolong dan rajin menabung. Wkwkwkw.. enggak ding. Pokoknya enak diajak ngobrol deh dan gak sombong.
Jadi fix ya jika ambivert bisa berteman dengan siapa saja. Tapi jangan heran jika hanya sedikit yang dekat dengannya karena proses seleksi alam tadi. Biasanya yang akrab adalah yang sefrekuensi dan memiliki pola pikir yang sama.
Itulah kenapa aku akrabnya ya dengan orang itu-itu saja. Sebut saja mbak Rella, mbak Ivone, mbak Dyah, mbak Dini, mbak Santi, mbak Erny yang semuanya adalah blogger Malang. Mungkin karena kita satu kota dan pernah ketemu tatap muka langsung, sehingga kita bisa saling menyapa dan beraktivitas bersama.
Kalau teman lain yang tidak pernah bertatap muka, aku sepertinya belum bisa terlalu dekat. Butuh adaptasi untuk menyamakan frekuensi. Lalu dirasakan nyaman tidaknya saat bersama. Dari situ nanti kelihatan kok kita bisa akrab atau tidak.
Itu cerita dariku soal teman yang satu frekuensi. Kalau kamu punya cerita yang sama gak? Kira-kira siapa nih teman satu komunitas blogger yang ternyata itu-itu saja. Cerita dong. Hehe.
**
2 Comments. Leave new
Berarti aku lebih ke ambivert sih kalo baca ini. Dulunya menganggab aku itu introvert. Tapi kalo dipikir, saat bertemu bloggers yg sebelumnya belum pernah ditemuin, aku jadi luwes dan ttp bisa ngobrol banyak. Biasanya introvert ga bisa kan.
Tapi beda pas ketemu dengan yg bukan bloggers. Naah di situ aku hati2 mba. Mungkin kalo dengan bloggers udah ngerasa banyak kesamaan kali yaaa. Jadi bisa langsung santai. Beda kalo orang lain yg bukan bloggers.
Lah ini Ama ibu2 murid yg sekelas dengan anakku, susah bangettt bisa klik Ama mereka 🤣🤣. Ngerasa ga nyambung 😂. Beda kalo ngobrol Ama bloggers 🤭
sefrekuensi kita mbak. tim ambivert. wkwkwk