Dengar berita yang lagi viral di media sosial gak soal seorang perempuan yang sedang curhat pada sesi tanya jawab pada sebuah kajian islam kepada ustadz Hanan Attaki soal permasalahan dalam rumah tangganya. Dalam sesi curhat tersebut, perempuan yang diketahui bernama Azaria Sherin Nur Syafa atau aktab dipanggil Sherin tersebut curhat sambil menangis. Bahkan jamaah lainya yang ikut mendengar ceritanya juga ikut menangis.
Pasalnya, si Sherin menceritakan soal pernikahannya yang seumur jagung. Sang suami menceraikannya di saat anaknya masih berusia 4 bulan dan si ibu mertualah yang meminta sang suami untuk menceraikannya. Suami Sherin ini diketahui sangat patuh pada ibunya, hingga rumah tanggaya diatur oleh sang ibu. Sherin bahkan tidak diberi nafkah lahir dan selama ini Sherin diam saja.
Sherin sempat cekcok dengan mertua hingga akhirnya ibu mertuanya menyuruh anak laki-lakinya menceraikan Sherin. Dengan patuh, ucapan talaq itu pun terkatakan dan Sherin sah jadi janda anak satu. Sherin bertanya kepada ustadz Hanan, apakah berdosa cekcok dengan mertua yang selalu ikut campur urusan rumah tangganya.
Stop dulu ya ceritanya. Aku mau menanggapi cerita Sherin yang kemungkinan besar dialami oleh banyak perempuan di negeri ini. Terutama para istri muda yang memiliki suami model anak mami yang apa-apa diatur oleh ibunya sendiri.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jamaah perempuan yang ikutan menangis mendengar curhatan Sherin. Mungkin banyak yang merasa senasib, tapi masalah mereka diwakilkan oleh suara hati Sherin.
Sttt⦠aku bisikin ya. Aku juga termasuk salah satu yang merasa senasib sepenanggungan dengan Sherin loh. Tapi aku gak ikut kajian bersama ustadz Hanan itu. Makanya mendengar cerita Sherin, aku jadi terwakilkan dan sangat paham dengan apa yang dirasakan Sherin.
Curhatan untuk Ungkapkan Depresi dengan Mencari Solusi
Benar banget. Secara perempuan diciptakan dengan perbandingan perasaan dan logika adalah 9 banding 1. Artinya perempuan itu apa-apa pakai perasaan dan kebanyakan pakai hati. Makanya baperan.
Bukan hanya itu, perempuan lebih peka dibandingkan laki-laki dan sangat pemikir. Tak heran jika apa yang dialami oleh Sherin membuat banyak jamaah perempuan yang lain ikut menangis. Terbawa perasaan dan bisa jadi itu tadi. Ada yang merasa senasib dengan Sherin tapi sudah diwakilkan Sherin untuk curhat.
Kalau menurut pandanganku, Sherin jelas mengalami gangguan kesehatan mental sehingga membuatnya depresi dan kalut. Terbukti dari tangisan saat berbicara yang bisa jadi karena mengeluarkan semua uneg-uneg dari dalam hatinya.
Aku pun kalau sedang depresi pasti menangis seperti Sherin. Bahkan bisa jadi gemetaran. Seharusnya Sherin mendapatkan dukungan dari suaminya. Bukannya suaminya sudah menikahinya dengan mengambilnya dari keluarga Sherin dan dimasukkan ke dalam keluarganya. Sudah kewajibannya untuk memperlakukan anaknya orang yang diambilnya dan dijadikan istri dengan perlakuan yang baik. Bukannya malah disiksa batinnya seperti itu.
Ironisnya penyebabnya justru ibu si suami itu sendiri atau ibu mertuanya Sherin. Aku yang merasa pernah ada di posisi Sherin merasa ingin angkat bicara nih jadinya. Bahwa suami seharusnya mendahulukan istri dan anak-anaknya saat sudah menikah daripada ibunya. Bahwa berbakti pada ibu memang mendatangkan ganjaran pahala, tapi ketika sudah menyakiti istri, maka haram bagi suami masuk surga.
Mungkin pak ustadz lebih paham dan lebih berhak untuk memberikan petuahnya ya. Satu hal yang ingin aku soroti adalah mental si istri yang pada akhirnya dibanting habis-habisan oleh mertua, sehingga membuatnya depresi dan down.
Perempuan Lebih Rentan Terkena Gangguan Mental
Tahu gak sih jika sebuah penelitian Homewood Health United Kingdom menyebutkan presentase kemungkinan perempuan terkena gangguan mental adalah sebanyak 47%, sementara pria 36%. Fakta ini membuat seorang pakar psikolog UNAIR Dr. Ike Herdiana, M.Psi mengungkapkan bahwa perempuan memang lebih banyak menghadapi banyak faktor pemicu munculnya gangguan mental. Terutama perempuan yang sudah menikah.
Masalah rumah tangga bisa menjadi pemicu utama stressnya para kaum perempuan. Bagaimana mengasuh anak, bagaimana menghadapi mertua, bagaimana menjalankan kehidupan rumah tangga di awal tahun pernikahan dan masih banyak lagi lainnya. Perempuan butuh laki-laki yang bisa diajak kerja sama dan mengerti akan dirinya dalam membangun rumah tangga bersama.
Terus terang aku jadi terwakili oleh si Shiren. Bedanya aku sudah melewati masa-masa itu dan mulai belajar berdamai dengan masalahku.
Caraku untuk Menjaga Mental Tetap Waras
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan mental pada perempuan. Kalau aku sih melakukan beberapa hal berikut ini dan alhamdulillah sekarang sudah mulai teratasi dengan sendirinya.
-
Berdialog dengan Orang yang Bisa Diajak Curhat untuk Mendapatkan Solusi
Perempuan itu hanya butuh didengar. Kadang dengan hanya bercerita, perempuan sudah sangat lega dan bisa mengatasi masalahnya sendiri. Tapi jika masalahnya memang berat, perempuan butuh nasehat dari orang yang benar-benar bisa mengerti akan permasalahannya.
Curhatan Sherin kepada ustadz Hanan Attaki adalah salah satu contohnya. Mbak Sherin butuh curhat itu karena butuh solusi atas pertanyaan yang bersarang di benaknya. Dosa gak sih kita berseteru dengan mertua yang sudah mencampuri rumah tangga kita. Aduh mbak, itu aku banget.
Aku bisa katakana apa yang dilakukan mbak Sherin sudah tepat. Curhat langsung kepada ustadz. Bukan kepada teman yang nantinya bisa menjadi bahan ghibah. Curhatlah kepada yang ahli untuk mencari solusi. Bisa ke ustadz atau psikolog. Atau kalau mau ke teman, bisa ke teman yang benar-benar bisa memberikan solusi dan bisa menjaga rahasia kita.
Itu sih yang aku lakukan. Curhat kepada teman yang bisa memberikan solusi. Jadi aku pilih pilih dulu temannya. Aku cari yang gak ember dan memang orangnya aku nilai bijak dalam menghadapi masalah. Alhamdulillah aku dapat solusinya.
-
Bicara dengan Suami dan Mempertegas Keadaan
Suami memang harus tegas. Begitu pun dengan diri kita. Jangan pernah mau ditindas karena sejatinya kita menikah untuk mencari kebahagiaan. Bukan siksaan. Jika pada akhirnya suami memilih meninggalkan kita, ya sudah. Kita harus tegas juga pada diri sendiri.
Anggap Allah sedang menguji kita dan menyanyangi kita dengan apa yang terjadi dengan pernikahan kita. Seperti aku yang akhirnya bicara tegas kepada suami untuk kelanjutan pernikahan. Suami yang baik akan bisa bijak menilai kok. Alhamdulillah suamiku mulai sadar dan kita sama-sama memperbaiki pernikahan demi masa depan kita berdua.
Buat mbak Sherin, yakinlah Allah akan menolong mbak Sherin dengan caranya sendiri. Sabar dan jangan larut dalam masalah pribadi. Move on dan terus berkarya. Apalagi sekarang ada anak yang jadi penyemangat hidup.
-
Memperbanyak Mendekatkan diri dengan Tuhan
Aku pernah tuh menanyakan hal yang sama dengan mbak Sherin. Dosa gak sih berseteru dengan mertua. Aku pun berkali-kali mohon ampun sama Allah dan mendekatkan diri dalam ibadah. Takut dosa. Tapi kita juga gak mau disakiti terus menerus.
Maka aku berusaha memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri sama yang Maha Punya Kehidupan. Berdialog banyak hal dengan Tuhan membuat hati kita lebih tenang. InsyaAllah Allah akan memberikan jawaban dari masalah yang kita hadapi.
-
Menulis
Ini yang selalu aku lakukan. Menulis untuk mengeluarkan uneg-uneg demi menghindari depresi. Tidak harus menulis masalah hidup, bisa dialihkan dengan menulis hal lain yang bisa kita jadikan pelampiasan.
Aku sih sudah berhenti menulis diary karena gak mau ada yang membaca masalahku. Maka aku mengalihkannya dengan menulis banyak topic untuk aku masukkan ke blog. Kegiatan menulis ini banyak manfaatnya loh. Pikiran kita jadi tidak larut dalam kesedihan, tapi kita bisa memikirkan banyak hal yang membutuhkan lebih banyak perhatian.
Misal aku menulis tentang bagaimana mempersiapkan sekolah anak, menemani anak belajar daring, mengatasi lingkungan yang sedang panas dan lain-lain. Istilah jawanya diselimurno nih pikiran biar gak stress.
-
Berdamai dengan Masalah
Percaya gak percaya, perlahan aku bisa berdamai dengan diriku dan masalahku. Aku sudah tidak marah lagi dan tidak kecewa. Semuanya aku pasrahkan kepada Allah. Aku terus maju menjalankan hidup. Tujuanku adalah melihat tumbuh kembang anak-anak, mengajak mereka jalan-jalan, merawat saat sakit dan banyak lagi lainnya.
Kamu yang sedang membaca tulisan ini dan merasa punya masalah yang berat. Coba deh menulis hal β hal yang bisa nyelimurno pikiran. Karena sejatinya menulis itu bisa menjaga kesehatan mental kita tetap baik. Jadi kita tetap bisa waras untuk menjalani kehidupan yang kian kompleks.
Semangat ya semua. Sehat-sehat dan jalani hidup dengan lebih optimis.
**
Referensi :