“Sudahlah, maafin saja. Toh dia adikmu sendiri. Saudara sendiri.”
Aku pernah mendapat nasehat seperti itu dari ibuku ketika adikku dengan sengaja menyakitiku dengan mengatakan kalimat-kalimat tak pantas dan menyakitkan.
Aku memang berbuat salah dan sudah meminta maaf, tapi bukannya dimaafkan. Aku justru dimaki-maki dan dikatain wong tuek gak duwe utek. Ya Allah. Kok tega ya ngomong begitu sama kakak yang selama ini sayang padanya. Ironisnya, dia mengatakan kata-kata menyakitkan itu justru di saat dia meminta bantuanku untuk mengurus keperluannya.
Apa yang aku lakukan selanjutnya? Jelas aku gak mau melanjutkan memberikan bantuan. Stop dan silahkan urus sendiri. Belati itu sudah ditusuk terlalu dalam langsung ke jantungku. Rasanya gak percaya kata-kata tajam seperti itu keluar dari saudara sendiri yang selama ini justru menjadi saudara yang paling kusayang.
Disambar petir. Benar. Rasanya seperti disambar petir sekaligus geledek, hingga tubuhku hancur berkeping-keping. Bahkan setelah meminta maaf kepadanya, dia tak berhenti terus memakiku. Tak hanya itu, suamiku juga ikut dibawa-bawanya. Kok tega ya. Kok bisa ya dan kok kok yang lainnya.
Aku pernah disakiti oleh orang lain. Tapi disakiti oleh orang yang paling kita sayang itu rasanya lebih menyakitkan. Respekku hilang sejak itu dan aku memilih untuk menghindar untuk menyembuhkan luka dan menghilangkan dendam.
Dia saudaraku, satu darah. Dari kecil mbuntut terus sama aku. Dari kecil selalu apa-apa ke aku. Adik yang paling kusayang, kini menghujamkan belati tertajam tepat di jantungku. Apa aku memaafkannya. Ya, aku memaafkannya. Apalagi saat melihatnya langsung, rasa sayang itu tetap ada dan tak bisa hilang. Tapi kenapa dari mulutnya keluar kata-kata yang tak pantas diucapkan oleh orang yang berpendidikan seperti dia.
Sedihnya, dia tak pernah minta maaf setelah meghujaniku dengan makian setajam pedang. Seolah tak terjadi apa-apa. Jujur rasa sakit itu masih ada, tapi untuk kembali dekat dengan adik kesayangan, seperti tidak bisa lagi. Luka itu terlanjur ada dan membekas.
Belajar Ikhlas dengan Memaafkan
Ilmu ikhlas itu bagiku seperti ilmu tertinggi yang jarang bisa dimiliki manusia di bumi. Dalam perkara memaafkan, jarang sekali orang bisa memaafkan dengan ikhlas tanpa menyimpan dendam. Ini yang sedang aku pelajari selama ini.
Memaafkan orang-orang yang pernah menyakitiku baik sengaja maupun tidak tanpa pernah mengungkitnya lagi. Atau tetap bisa berbuat baik dan seolah tak terjadi apa-apa ketika bertemu dengan orang yang menyakiti kita.
Memangnya bisa? Harus bisa dong meskipun sulit sih buatku. Sulit karena setiap kali bertemu dengan orang yang menyakiti kita, yang terlintas di benak kita justru bayangan kata – kata makian yang pernah terlontar ke kita, atau sikapnya yang menggunjing kita dan lain sebagainya.
Ingin rasanya bilang, “sudahlah, gak usah dipikir. Biar dia saja yang dosa. Kamu fokus jalani hidup dan terus perbaiki diri.”
Maunya gitu buk. Tapi aku cuman manusia biasa yang tetap sakit hati jika ada yang maki-maki. Makanya aku salut sama orang yang berhati baja, tetap senyum saat dimaki-maki, tetap berkata baik saat ada yang bicara kasar padanya, kayak gak ada stok buat sakit hati gitu loh.
Namanya Teguh, anggap saja begitu. Dia salah seorang teman saat aku bekerja sebagai in house di sebuah production house di Jakarta. Orangnya humoris, suka ngebanyol, radak goblok karena dari semua cameramen, dia saja yang sering ditegur karena pekerjaannya sering salah, tukang ngerayu, tukang makan, baik hati, suka nraktir dan bisa gitu loh kembali ceria setelah dimaki-maki sama produser.
Aku ingat betul, beberapa kali kami para kru dan penulis dikumpulkan produser untuk review tayangan dan berakhir dengan kemarahan produser karena hasilnya di luar perkiraan. Ada yang salah ini itu dan sebagainya. Semuanya kena marah. Produser bahkan sempat membanting kursi kayu sampai kursinya patah saking kerasnya melempar tuh kursi ke lantai.
Syok dong. Aku bahkan hampir menangis meskipun bukan aku yang dimarahi. Tim yang dimarahi dan semuanya berwajah tegang. Aku tim penulis dan aman dari makian karena bukan timku yang berbuat salah. Tapi tetap saja, aku ikut deg degan melihat pak produser marah besar.
Herannya setelah selesai marah dan evaluasi diri, pak produser kan langsung menyuguhkan makanan. Itulah baiknya beliau. Setelah marah-marah, tetap memperhatikan karyawannya. Langsung deh dikasih makan. Tim yang habis dimarahin masih tegang dong dan gak ada yang berani maju mengambil makanan. Kecuali si Teguh itu.
Dengan cerianya, si Teguh mengambil banyak makanan untuk dirinya sendiri dan langsung bercanda. Pak Produser ikut tertawa mendengarnya. Padahal sedetik sebelumnya wajahnya merah padam karena marah. Si Teguh ini kok gak sakit hati ya. Padahal dia yang paling banyak dimarahi karena kesalahannya yang paling banyak.
Jawaban si Teguh membuatku benar-benar terpana. Katanya, “kalau dimarahi ya dimarahi aja mbak, nanti diperbaiki lagi biar gak salah. Kalau sudah ya makan. Perutku kan lapar.” Hahahaha….
Masya Allah. Ada ya orang yang berhati besar seperti temanku itu. Dia juga gak punya dendam atau sakit hati kepada produser karena sudah dimaki-maki dengan bahasa yang menurutku menyakitkan. Pak Produser juga professional sih orangnya. Marahin orang karena urusan kerjaan. Kalau sudah ya sudah. Malah ngajak jalan-jalan dan makan.
Tapi itu kan pekerjaan. Beda dengan urusan hati yang ada sangkut pautnya dengan hubungan persaudaraan. Bukan profesionalisme kerja yang diunggulkan di sini, tapi kekeluargaan. Nyatanya banyak kok hubungan persaudaraan yang renggang karena saling menyakiti antar saudara.
Aku gak mau punya dendam. Apalagi sama saudara sendiri. Alhamdulillah sekarang aku sudah bisa mengubur dalam-dalam rasa sakitku akibat perkataan saudaraku yang menyakitkan. Masalahnya dia gak pernah minta maaf dan gak merasa bersalah dengan apa yang dikatakannya.
Beberapa orang ada juga loh yang seperti itu. Sengaja menyakiti berulang kali tanpa ada kesadaran untuk minta maaf. “Wong dia gak apa-apa kok. Ngapain minta maaf.” Begitu kali pikirnya. Jadi selama kita tetap berbuat baik dan bersikap normal dengan sikapnya yang menyakitkan. Orang-orang seperti ini merasa dinaikkan ke atas awan, sehingga mereka gak perlu minta maaf. Wong kita gak protes kok.
Menurutku orang macam begini enaknya diapain ya? Hmmm…
Manfaat Memaafkan bagi Diri Sendiri
Memaafkan itu ternyata punya banyak manfaat loh. Aku merasakannya sendiri setelah akhirnya bisa mempraktekkan ilmu ikhlas memaafkan. Beberapa diantaranya yaitu :
-
Pikiran jadi Lebih Tenang
Memendam kekesalan itu bikin rugi loh. Pikiran kita penuh dengan hal-hal negative hingga membuat kita depresi. Sudah hati tersakiti, mental pun ikut terkikis habis. Eman kan. Makanya belajar memaafkan saja agar pikiran kita jadi lebih tenang.
Kalau dia yang menyakiti kita gak mau minta maaf dan terus menyakiti kita, ya sudah pasrahkan saja. Pelan-pelan maafkan dia meskipun dia pernah minta maaf. Sulit sih, tapi kalau dilatih nanti bakalan bisa kok. Apalagi Allah menjamin bahwa orang yang memaafkan akan mendapatkan pahala. Sementara jika kita tidak memaafkan itu dosa.
Artinya kalau ada yang meminta maaf, kita wajib memaafkan. Tapi kalau dia yang berbuat salah gak pernah minta maaf ya tetap maafkan saja. Serahkan saja sama yang Di-Atas. Kewajiban kamu sudah gugur, lainnya pasrahkan sama Allah. Beres kan. Islam itu memudahkan kok.
-
Energi Positif Datang Seiring Perginya Pikiran Negatif
Percaya atau gak, energi positif akan mulai berdatangan ketika kita membuka pintu maaf loh. Hal ini bisa terjadi karena pikiran kita selalu positif dan tenang. Sehingga pikiran negative yang pergi akan tergantikan dengan energi positif.
Sebagai contoh ketika kita masih berkutat dengan rasa sakit hati, maka pikiran kita akan fokus membahas sakit hati yang tak berkesudahan. Sementara kehidupan terus berjalan kan. Banyak kesempatan yang bakalan lewat begitu saja jika kita tidak memperhatikannya. Misalnya ada lowongan kerja yang sesuai dengan passion kita, atau cowok yang kita taksir mendadak kasih perhatian ke kita.
Jika kita menghilangkan pikiran negative dan fokus pada kejernihan pikiran, maka lowogan kerja itu akan terlihat oleh kita dan kita bisa mendapatkannya. Cowok yang kita taksir pun bisa jadi nembak kita dan jadi pasangan deh. Ini semua berhubungan dengan doa baik yang kita ucapkan.
Ingat satu hal ini ya. Doa orang yang terdzolimi itu pasti dikabulkan Allah. Jadi ketika kamu disakiti, jangan doa yang jelek-jelek. Apalagi doa agar rasa sakitmu terbalaskan dengan balik menyakiti orang yang menyakiti kita. Rugi dong.
Bisa jadi doa kita terkabul. Terus apa yang kita dapatkan. Rasa puas karena sudah bisa balas dendam. Sayang dong. padahal doa mujarab itu bisa kita gunakan untuk hal-hal postif, misal doa supaya diterima kerja di perusahaan impian, doa supaya bisa umroh gratis, doa supaya rejeki semakin lancar. Pasti terkabul kan dan kita yang merasakannya loh.
Makanya rugi kan kalau ada orang yang menyakiti kita terus kita doanya malah yang baik-baik. Rejeki kita makin lancar, eh dianya malah makin kesal. Wkwkwkw…. Doa itu akan kembali kepada diri kita loh. Makanya doa yang baik-baik aja biar kebaikan yang menghampiri kita. Fix ya.
-
Perasaan Lebih Plong
Menyimpan rasa sakit hati itu bikin perasaan tertekan. Ujung-ujungnya kita bisa depresi karena kebanyakan nangis. Aku banget sih ini dan sekarang sedang belajar mengurangi depresi. Kalau mau nangis, ya nangis aja sejadi-jadinya. Keluarkan semua kekesalan sampai tak bersisa. Setelah itu ya sudah.
Sejauh yang aku alami sih, perasaanku lebih plong saat aku bisa mengutarakan semua uneg-uneg lewat tangisan. Ibarat kata kita mengeluarkan semua penyakit hati dan jangan biarkan masuk lagi ke dalam pikiran kita.
Terus katakan pada diri sendiri bahwa sejahat-jahatnya kamu sama aku, gak akan membuat hidupku hancur. Jadi buktikan kepada orang yang menyakiti kamu, bahwa kamu tetap kuat dan kejahatannya gak ngefek sama sekali sama kehidupan kamu. Nanti dia yang kesel sendiri deh.
Pokoknya plongin aja perasaan kamu. Caranya dengan mengalihkan perhatian dengan melakukan aktivitas harian seperti biasa. Lakukan hobi, jalan-jalan dan kegiatan positif lainnya. Gigit jari gak tuh orang jahatnya.
-
Hidup Lebih Optimis
Kehidupan terus berjalan, kawan. Jangan fokus pada masalah hidup yang menyakitkan. Tapi terus berjalan melewati hari demi hari dengan semangat baru setiap harinya. Kalau perlu buat target baru dengan mencatat setiap pencapaian.
Tekankan kalimat ini. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren. Maka setiap hari, kita akan melakukan yang terbaik dan melihat bahwa setiap hari kita melakukan kemajuan. Hidup jadi lebih optimis kan. Kalau ketemu orang yang meyakiti kita, cuek saja. Anggap dia gak ada. Ada target hidup yang lebih penting untuk kita urus.
-
Rejeki Lebih Lancar
Ini berhubungan dengan doa baik yang kita ucapkan. Fokus kita jadi mengarah ke hal-hal positif yang terjadi di sekeliling kita. Kita buang pikiran negative, lebih banyak senyum, semangat dalam menjalani hari, membuat tulisan, mengirim email, berkebun, jalan-jalan, camping bersama keluarga.
Tahu-tahu ada brand yang melihat semangat hidup kita dan mengajak kerjasama. Aku sih masih berharap bisa melanjutkan novel dan menerbitkannya ke penerbit mayor. Kangen nulis buku lagi.
Kalau ngeblog, kayaknya butuh lebih banyak lagi nulis organic. Karena katanya, tulisan organic yang terbaca oleh google akan berpotensi lebih banyak dilirik oleh brand dan diajak kerjasama. Mau dong aktif menulis lagi. Jangan larut dalam rasa sakit yang gak berkesudahan.
InsyaAllah jika kita aktif dan produktif, rejeki akan lancar. Tambahin doa mujarab agar rejeki kita makin diberi kelancaran ya. Doa orang yang terdzolimi itu dikabulkan kan. Manfaatkan itu.
Jadi ingat cerita salah satu temanku. Dia disakiti oleh suaminya, dilarang bekerja setelah menikah, setelah menikah jadi kurus karena bermasalah dengan mertuanya dan akhirnya sakit-sakitan, anaknya lahir dan meninggal. Di saat terpuruk seperti itu, suaminya bukannya memberikan support, malah menjatuhkan talaq dan meninggalkannya.
Temanku sakit hati, tapi dia berdoa yang baik-baik untuk dirinya sendiri. Setelah membangun rasa percaya dirinya untuk bangkit, temanku akhirnya semangat melanjutkan hidup. Bisa kembali bekerja dan akhirnya diangkap jadi PNS, pergi umroh gratis, bisa punya rumah sendiri dan beli motor tanpa riba. Rejekinya terus mengalir.
Temanku sama sekali tidak mendoakan yang buruk untuk mantan suaminya, tapi doa terbaik untuk dirinya sendiri dan Allah mengijabahnya. Qabul dan terjadilah. Masya Allah. Aku mau dong seperti itu. Lancarkan rejekiku ya Allah, juga rejeki suamiku. Aaamiin.
-
Ada Jaminan Masuk Surga
Pernah dengar kisah Rasulullah yang berada di suatu majelis, lalu berkata kepada para sahabat bahwa sebentar lagi akan ada ahli surga yang lewat di depan mereka. Rasulullah mengatakan hal itu sebanyak 3 kali berturut-turut di hari yang berbeda dan merujuk ke seorang pria yang sama.
Abdullah bin Amru, nama salah satu sahabat Nabi sampai penasaran dengan pria biasa yang ditunjuk Rasulullah sebagai ahli surga. Sampai Abdullah bin Amru meminta ijin untuk menginap di rumah pria tersebut untuk mengetahui rahasianya.
Ibadah khusus seperti apa yang dilakukan pria itu sampai Rasulullah menyebutnya ahli surga. Abdullah bin Amru sampai heran karena selama 3 hari di rumah pria itu, Abdullah tidak melihat ibadah khusus yang dilakukan pria tersebut. Hingga akhirnya Abdullah bin Amru melihat sendiri bahwa setiap malam sebelum tidur, pria tersebut berdoa dengan memaafkan orang-orang yang menyakitinya baik sengaja ataupun tidak.
Jadi ini rahasia si pria hingga disebut Rasulullah sebagai ahli surga, yaitu memaafkan orang-orang yang menyakitinya baik disengaja atau tidak setiap malam. Dengan Memaafkan, pria tersebut tidak memiliki rasa iri, dengki bahkan dendam kepada siapapun. Masya Allah. Bisa ditiru nih.
Jadi jelas ya. Memaafkan kesalahan orang lain itu tidak perlu menunggu orang yang menyakiti kita minta maaf atau tidak. Kita maafin saja kesalahan orang yang menyakiti kita tanpa diminta. Ganjarannya adalah surga. Masya Allah.
Jadi tenang kan sekarang. Aku bisa maafin kesalahan saudaraku atau orang lain yang pernah menyakitiku karena memendam dendam itu gak baik. Penyakit hati yang menghambat rejeki dan penghalang kita masuk surganya Allah.
Yuk maafin kesalahan orang lain. Selebihnya serahkan saja sama Allah SWT. Siapa tahu kan kita juga berbuat salah tanpa kita sadari dan orang yang kita sakiti belum ikhlas dengan kesalahan kita. Bisa jadi Allah membolak balikkan hati hamba-Nya dan membuat orang lain juga memaafkan kita.
Memaafkan itu bisa kok dengan hati yang ikhlas. Latih saja dengan melihat betapa dasyatnya manfaat yang kita dapat ketika kita bisa memaafkan dengan lapang. Beban terlepas dan hati jadi lebih tenang. Setuju?
**
Referensi :
2 Comments. Leave new
Wah keren ini sih. Makasih sudah berbagi ya mbak
Sama-sama mbak Din. Semoga bermanfaat