Indonesia adalah negara dengan hutan yang luas dan keanekaragaman hayati yang melimpah. Pulau-pulau besarnya menambah keindahan alam nusantara yang tak lekang habis dipandang mata.
Pohon-pohon yang rindang, air sungai jernih yang mengalir tenang, lautan membiru yang membentang membelah pulau demi pulau dan masih banyak lagi pemandangan hijau yang tak hanya menyegarkan mata, tapi juga menenangkan hati serta pikiran.
Mungkin seperti itulah yang dirasakan oleh seorang Yun Pratiwi. Gadis manis berambut pendek dari suku Dayak Kalimantan ini selalu tersenyum memandang indahnya alam negeri tempat ia dilahirkan. Kakinya selalu melangkah menapaki tanah kelahirannya di Kalimantan untuk meninggalkan jejak petualang dari satu hutan ke hutan yang lain.
Sayangnya, senyum Yun Pratiwi sempat terhenti. Tak ada lagi keceriaan di wajah manisnya ketika asap membumbung tinggi menutupi langit Kalimantan. Hutan kesayangannya terbakar. Api melahap habis daun demi daun, pohon demi pohon hingga menyisakan arang yang menghitam. Hijau pemandangan berubah jadi kelam.
Yun menangis. Begitu juga manusia-manusia pecinta alam di Kalimantan dan bahkan manusia di seluruh negeri melihat kebakaran hutan yang menggerogoti jantung nusantara. Hutannya perlahan habis. Bagaimana nasib satwa di dalamnya. Orang hutan, rusa, tupai, burung-burung, harimau dan satwa terlindungi lainnya pasti lari ketakutan. Mereka tak lagi punya rumah.
Hal serupa juga dialami oleh masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya lebih banyak di hutan. Ketidak adilan menimpa mereka karena bantuan tak maksimal. Ada yang masih jauh dari peradaban dan tetap tertinggal di era teknologi yang deras mengalir.
“Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan perubahan.” Begitu mungkin yang dikatakan Yun pada dirinya sendiri melihat alamnya perlahan mulai rusak. Sebagai bagian dari masyarakat adat, terutama suku Dayak, Yun Pratiwi tergerak untuk mengakhiri kerusakan alam dan ketidak adilan yang dialami oleh masyarakat adat tempat dia tumbuh.
Berbagai cara dilakukannya untuk merawat alam kembali dan membantu masyarakat adat untuk lebih berdaya. Ekowisata yang akhirnya menjadi pilihan Yun Pratiwi. Melalui Ekowisata, Yun Pratiwi tidak hanya mengembalikan keindangan alam, tapi juga membantu masyarakat adat untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan merawat alam yang dilakukan.
Ekowisata Menjadi Jalan untuk Kembali Bangkit
Siapa yang menyangka jika pilihan Yun Pratiwi untuk menjadikan daerahnya sebagai ekowisata ternyata adalah pilihan yang tepat. Hutannya yang sudah mulai menggundul, dirawat dengan sabar dan telaten hingga muncul tunas kembali.
Yun tidak sendiri. Gadis manis ini memberdayakakn masyarakat adat tempatnya tinggal untuk ikut merawat hutan. Bukan hanya itu, Yun Pratiwi juga mengajarkan masyarakat adat untuk membuat produk ramah lingkungan yang nantinya dijual kepada pengunjung ke daerah ekowisata. Dengan demikian, mereka juga mendapatkan penghasilan secara berkelanjutan.
Jiwa sosial seorang Yun Pratiwi terbentuk dari empati yang muncul dari dalam dirinya. Yun tak ingin negerinya yang indah jadi rusak. Karena itu Yun tak ingin berhenti berusaha. Kerja kerasnya dimaksimalkan lagi dengan mendirikan Central Borneo Guide (CBG) tahun 2016. Di dalamnya ada penyedia jasa ekowisata sekaligus pengerjaan proyek pengembangan kapasitas masyarakat yang dapat menggerakkan roda perekonomian keluarga.
Sebagai informasi, berdirinya Central Borne Guide terinspirasi dari adanya kebakaran hutan yang sempat melanda Kalimantan tahun 2015.
Kebakaran hutan terus berlanjut loh sampai hari ini. Menurut data ada3.436 kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah dengan total 9.789 hektar lahan yang habis terbakar. Kejadian ini terjadi pada januari hingga Oktober 2023 dan termasuk menurun dibandingkan tahun 2015 yang dianggap sebagai kebakaran hutan terparah saat itu.
Saking parahnya, pihak Badan Penanggulangan Bencana daerah setempat menyebut air di lokasi sudah habis sehingga tidak ada lagi air yang bisa digunakan untuk memandamkan api yang terus menyebar dan garang.
Siapa saja yang mendengar berita itu pasti sedih dan menangis. Apalagi warga Kalimantan Tengah termasuk Yun Pratiwi di dalamnya. Itulah kenapa Yun bertekad untuk membantu mengembalikan hutan dengan berbagai cara. Hingga ia memilih jalan ekowisata.
Tujuan Ekowisata jadi terpenuhi kan. Yaitu pendirian wisata alam yang dapat menarik pengunjung untuk rekreasi di alam terbuka sekaligus memberdayakan masyarakattnya untuk ikut melestarikan alam dan menjual produk ramah lingkungan.
Program yang dibuat oleh Yun Pratiwi berhasil menolong masyarakat saat pandemic covid 19 melanda negeri dulu.
“Program ini untuk mendukung masyarakat yang bekerja di sektor ekowisata sehingga pada masa pandemic, masyarakat tetap memiliki pendapatan yang berkelanjutan dengan menjual produknya dan secara tidak langsung memerangi kemiskinan.” Ujarnya saat diwawancarai oleh tim SATU Indonesia Award 2022.
Benar sekali. Usaha keras seorang Yun Pratiwi membuatnya masuk nominasi pemenang Astra 2022. Bahkan gadis yang saat diwawancarai itu masih berumur sekitar 21 tahun berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award tahun 2022.
SATU Indonesia Award untuk Pahlawan Ekowisata Yun Pratiwi
Yun Pratiwi memang pantas mendapatkan apresiasi berupa penghargaan Astra SATU Indonesia Award di bidang lingkungan. Program Central Borneo Guide yang didirikannya juga bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati tetap lestari. Selain itu CBG juga membawa budaya setempat terutama kearifan lokal suku Dayak sehingga lebih dikenal masyarakat luas.
Untuk meningkatkan usahanya, Yun melibatkan komunitas lokal dan proyek sosial lainnya dalam mempromosikan ekowisata di Kalimantan.
Kegigihan dan kerja keras Yun Pratiwi akhirnya menampakkan hasilnya. Produk ramah lingkungan berupa sabun yang diprakarsainya bersama masyarakat adat di tempatnya tinggal, terus mengalami ekspansi dan masuk ke UMKM daerah.
Selain itu ada produk dari madu kelulut yang menjadi inovasi baru bagi masyarakat setempat yang berhasil dikembangkan oleh Central Borneo Guide tahun 2022.
“Madu yang menjadi potensi desa akan dibuat menjadi produk pengganti gula dalam proses pembuatan produk makanan olahan nantinya, seperti nastar.” Katanya kepada tim Astra SATU Indonesia Award 2022.
Yun Pratiwi memang perempuan hebat yang punya banyak akal. Untuk mewujudkan impiannya memajukan masyarakat adat di Kalimantan, Yun menggencarkan kerjasama project dengan coffee shop setempat. Selain itu, Yun Pratiwi juga tak berhenti belajar mengenai budaya Dayak dan potensi alam di dalamnya melalui banyak kunjungan lokal maupun internasional.
Aksi nyata Yun terbukti pada tahun 2019. Saat itu Yun menjadi pemimpin program ekowisata di Borneo Nature Foundation (BNF), yaitu sebuah organinsai penelitian sekaligus konservasi non profit yang bekerja untuk mengelola dan memulihkan area hutan hujan tropis di Indonesia.
Organisasi ini berdiri tahun 1999 dan berupaya maksimal untuk melindungi satwa liar, lingkungan hidup di hutan serta budaya Kalimantan yang menjadi warisan negeri kita yang tercinta ini.
Aksi nyatanya yang terbaru yaitu perjalanan Yun Pratiwi ke Selandia Baru sebagai peserta program Young Business Leaders Intiatives for Tourism tanggal 2 sampai 9 Mei 2024. Sebagai pendiri dan CEO dari Central Borneo Guide, Yun Pratiwi mengenalkan budaya suku Dayak dan wisata Maori di Kalimantan kepada dunia lewat acara ini.
Tahu tidak, jika di selama di Selandia Baru itu Yun mengunjungi banyak tempat ikonik di sana. Sebut saja Hobbiton, Rotorua, Wai Ariki, Te Puia serta Ta Pa Tu. Lewat diskusi penuh makna bersama Walikota Rotorua dan perwakilan pariwisata Maori, Yun mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana praktek pariwisata yang berkelanjutan dan pelestarian budaya agar bisa jangka panjang.
Kesempatan emas yang didapatkan di Selandia Baru, digunakan Yun untuk mempromisikan keindangan alam Indonesia terutama pulau Kalimantan kepada dunia. Terutama warisan budaya suku Dayak dan hewan ikonik Kalimantan Tengah, Orangutan. Bangga ya.
Dari kolaborasi dan pertukaran pengetahuan di Selandia Baru itulah, Yun Pratiwi jadi punya gagasan untuk lebih mengenalkan Kalimantan kepada dunia, sehingga pelestarian alam dapat terus diupayakan.
Harapannya jika dunia tahu betapa pentingnya hutan dan kekayaan alam, pasti akan banyak manusia yang peduli dengan alam sehingga kerusakan alam pun dapat diminimalisir sedemikian rupa. Kalau bisa jangan sampai ada manusia yang berani merusak alam lagi.
Penutup
Yun Pratiwi membuka mata hati kita, bahwa menjaga kelestarian alam itu sangat penting karena menyangkit kelangsungan hidup banyak nyawa. Manusia, satwa, tanaman adalah makhluk hidup yang bergantung pada alam.
Menjaga alam sama artinya dengan menjaga kehidupan secara berkelanjutan. Jika Karhutla pernah membabat habis hutan Kalimantan di 34 titik sehingga membuat hutan nyaris habis, maka dari Karhutla pulalah kita bisa bangkit dengan menggerakkan aksi nyata melestarikan hutan kembali.
Yun Pratiwi sudah bergerak, sehingga Astra SATU Indonesia Award memberikan penghargaan atas jasanya yang berharga pada negeri. Penghargaan yang tidak membuat seorang Yun terus berbangga diri. Melainkan terus memecut diri untuk semakin berjuang melestarikan budaya dan kearifan lokal lewat ekowisata yang dibangunnya.
Kita patut berterima kasih pada seorang Yun Pratiwi yang berhasil membangkitkan daerahnya yang sempat mati. Bagaimana dengan kita di daerah lain. Harus bisa seperti kak Yun Pratiwi dong. Tidak harus sama persis karena kasus tiap daerah berbeda-beda. Semangat juangnya yang perlu kita contoh dan kita jadikan suri tauladan agar kita bisa berperan dalam pembangunan negeri.
Terima kasih kak Yun Pratiwi dan Astra SATU Indonesia Award. Semoga semakin banyak pahlawan seperti Yun Pratiwi yang membuat negeri ini kembali lestari. Aaamiin.
Referensi :
https://www.indonesiana.id/read/164672/yun-pratiwi-membangun-produk-ramah-lingkungan-di-kala-pandemi
https://www.indonesiana.id/read/164255/yun-pratiwi-merawat-alam-dengan-ekowisata