“Ma, kakak mau beli kue.”
Saya berusaha menahan diri untuk tidak marah ketika mendengar permintaan anak pertama saya. Bukan berarti saya melarang anak saya untuk jajan. Tapi kalau jajannya tidak terkontrol dan buntutnya tidak mau makan nasi karena kebanyakan njajan, ya bahaya juga. Plus bikin kepala pening.
Masih menjadi PR besar bagi saya untuk membuat anak saya berhenti “jajan” di luar. Selain boros, jajan di luar rumah juga tidak selalu sehat. Satu-satunya jalan yang juga menjadi saran adik saya yaitu dengan membuatkan makanan atau snack sendiri untuk anak-anak di rumah. Nah ini yang saya belum bisa. Maklum, saya tidak pandai masak.
Pernah sih saya membuatkan camilan untuk anak-anak dengan mencontoh youtube atau tiktok. Beberapa ada yang berhasil dan disukai anak-anak. Tapi tidak sedikit juga yang tidak mereka sukai. Terutama jika ada pisangnya. Anak-anak lebih suka makan pisang langsung, daripada pisang yang diolah jadi makanan.
Putar otak lagi deh. Saya harus bisa berhemat dengan membatasi anak saya untuk jajan. Akhirnya saya pilih untuk memberikan pengertian kepada anak tentang mengelola keuangan agar anak jadi lebih bertanggung jawab.
Arti Tanggung Jawab Bagi Anak-anak
Kita sebagai orang tua pasti sudah paham apa itu tanggung jawab. Sementara anak-anak belum tentu paham. Mereka akan mencontoh apapun yang mereka lihat dan mereka dengar. Tidak ada filter yang masuk ke dalam otak mereka. Itulah kenapa kita sebagai orang tua dituntut untuk memberikan contoh yang baik karena anak akan menyerap semua yang kita lakukan.
Anak – anak belum mengerti apa itu tanggung jawab. Kitalah yang harus memberikan pemahaman kepada mereka dengan bahasa yang mudah dimengerti. Caranya dengan masuk ke dunia anak-anak dan bicara dengan bahasa mereka.
Contoh yang selama ini saya lakukan yaitu dengan mengatakan kepada anak, bahwa uang mama akan habis kalau dipakai buat beli kue terus. Padahal uang mama kan bisa dipakai untuk beli buku, pensil dan peralatan sekolah kakak yang lain.
Masih banyak bahasa yang bisa digunakan untuk membuat anak mengerti bahwa beli kue secara terus menerus itu tidak baik. Sesuaikan saja dengan bahasa bunda dan tingkat kedekatan bunda dengan anak-anak.
Cara Menanamkan Tanggung Jawab pada Anak Sejak Dini
Selama ini saya mengamati apa yang diinginkan kedua anak saya dan berusaha memahami mereka. Bisa jadi anak-anak suka jajan karena saya tidak pernah membuatkan makanan untuk mereka. Tapi setelah saya mencoba membuat makanan yang mereka sukai, ternyata mereka tetap saja ingin beli kue di warung.
Kalau cuman sesekali sih tidak masalah. Tapi kalau setiap hari pagi, siang, sore, malam ya kelewatan juga. Bisa habis 100 ribu sendiri untuk jajan anak-anak dalam satu hari. Haduh ampun.
Sejauh ini saya melakukan beberapa hal yang bisa dibilang lumayan berhasil dalam menanamkan tanggung jawab pada anak sejak dini. Memang belum sepenuhnya anak saya berhenti jajan di toko, tapi setidaknya intensitasnya bisa berkurang.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menanamkan tanggung jawab pada anak sejak dini, yaitu :
-
Memberi Pemahaman pada Anak Tentang Fungsi Uang
Anak-anak belum mengerti tentang apa itu uang dan bagaimana orang tua bekerja mencari uang. Awalnya saya memang tidak memberikan pemahaman tentang uang kepada anak-anak saya. Mereka tidak pernah saya pegangi uang karena saya pikir belum waktunya.
Anak-anak tinggal meminta saja apa yang mereka mau, lalu saya dan suami akan berusaha memberikannya. Termasuk kue di warung. Saya antar mereka ke warung dan saya yang membayar ke kasir. Saya juga membawakan mereka bekal makanan, sehingga anak-anak tidak saya ijinkan untuk jajan di kantin sekolah.
Awalnya saya mengira cara ini efektif. Ternyata saya salah. Anak-anak perlu tahu apa itu uang dan kenapa kita harus memberikan sejumlah uang untuk mendapatkan makanan atau kue di warung. Dengan bahasa yang ringan, kita bisa memberitahu mereka jika uang itu penting.
Kita tidak bisa mengambil makanan di warung tanpa membayar terlebih dulu. Itulah kenapa orang tua perlu bekerja. Salah satunya adalah agar kita mendapatkan uang dan uang itu bisa digunakan untuk membeli kue dan barang lain yang dibutuhkan anak-anak. Tapi tidak boleh dihabiskan begitu saja.
JIka uang yang dihasilkan ayah ibu dipakai untuk beli kue terus, kakak sama adik tidak bisa beli buku tulis dan perlengkapan sekolah dong. Tidak bisa jalan-jalan juga. Kan sayang. Jadi penggunaannya harus dibagi. Saya yakin anak-anak akan paham kok jika kita memberikan pengertian dengan bahasa yang mereka pahami dan cara yang menyenangkan.
-
Mengajarkan Menabung
Anak-anak suka menabung. Itu yang saya lihat dari kedua anak saya. Ketika saya membelikan mereka celengan, anak-anak sangat antusias untuk memasukkan uang ke celengan. Anak saya bahkan sudah membuat waiting list untuk membeli barang keinginan mereka saat uangnya sudah terkumpul nanti.
Semangat menabung inilah yang dapat kita terapkan untuk menanamkan tanggung jawab anak sejak dini. Apalagi jika kita bisa mewujudkan keinginan anak-anak untuk membeli barang yang mereka inginkan meggunakan uang mereka sendiri. Ada kebanggan dalam diri mereka yang bisa kita rasakan. Percaya tidak jika kebanggaan mereka itu bisa memupuk rasa percaya diri mereka loh bunda.
-
Mengajarkan Anak Mengelola Keuangan Sejak Dini
Saya memberikan sebuah dompet kecil untuk anak sulung saya yang sudah kelas 4 SD. Di dalamnya saya berikan uang untuk jajan, tapi tidak boleh habis dalam satu hari. Saya memberikan kebebasan anak saya untuk mengatur uang yang saya berikan agar bisa diatur dengan gayanya sendiri.
Cara ini akhirnya saya gunakan setelah saya kehabisan cara untuk membuat anak saya ketagihan jajan. Soalnya meskipun saya membelikan kue banyak hingga stok kue di rumah, tetap saja anak saya mau jajan di warung. Sepertinya kurang afdol jika tidak pergi ke warung untuk beli kue. Jadi kesal kan saya.
Syukurlah cara saya ini cukup berhasil. Anak saya yang biasanya mengambil banyak kue karena tidak perlu memikirkan berapa uang yang saya keluarkan untuk membayar kue yang diambilnya, sekarang anak saya mulai berpikir dan “eman” kalau uang yang saya berikan padanya habis.
Jika biasanya anak saya mengambil 3 sampai 5 kue sekali jajan, sekarang anak saya hanya mengambil satu kue atau paling banyak dua kue. Uangnya juga diberikannya sendiri ke penjual agar anak saya tahu jika ada kembalian dan segera dimasukkannya ke dalam dompet. Rasa kepemilikan uang itulah yang membuatnya berpikir keras untuk tidak menghabiskan uang sekaligus.
Anak jadi diajak untuk ikut berpikir mengelola keuangan agar anak bisa jajan esok harinya. Jadi uangnya tidak habis dalam satu hari.
-
Mengajarkan Kejujuran
Saya paling tidak suka dengan pembohong. Makanya saya akan sangat marah ketika anak saya tidak jujur. Meskipun alasannya agar saya tidak marah. Misal, beli kue satu dan ditunjukkan kepada saya. Sisa uangnya dimasukkan ke dalam dompet. Ternyata anak saya beli kue 5 dan diumpetin.
Jika anak saya jujur dengan beli 5 kue. Saya mungkin menegurnya dengan halus. 5 kue itu bisa dimakan dua kali, sekarang dan nanti. Jadi tidak dihabiskan sekaligus. Tapi jika anak saya sudah main petak umpet, saya akan marah besar padanya dan menghukumnya dengan tidak memberikan uang jajan keesokan harinya.
Kejujuran itu penting. Sama seperti ketika anak saya tidak boleh makan es krim karena habis sakit. Tapi sembunyi-sembunyi beli es krim dan akhirnya sakitnya tidak sembuh-sembuh. Saat anak saya merasakan akibatnya dan harus rawat inap di rumah sakit, anak saya kapok dan tidak berani sembunyi-sembunyi lagi. Tanamkan kejujuran pada anak karena kejujuran akan dibawa sampai dewasa kelak.
Nah itu dia beberapa hal yang saya lakukan untuk menanamkan tanggung jawab pada anak sejak dini. Apakah ada yang sama dengan saya. Atau ada yang memberikan perlakuan berbeda dengan yang saya lakukan. Kita sama-sama belajar dan saling sharing yuk untuk kebaikan anak-anak kita.
**